24 Agustus 2020

Ini Lho Rasanya Jadi Konselor Sebaya


Jadi gini, semuanya tuh berawal dari setahun yang lalu ketika LSO Peer Counseling OASIS sedang mengadakan open recruitment untuk menggaet calon konselor sebaya.

Sebagai seorang yang bergelut di bidang psikologi, tentunya saya kudu mahir dong dalam dunia perkonselingan. Bisa melakukan konseling dengan baik adalah salah satu skill yang wajib dimiliki oleh calon psikolog di masa mendatang. Hingga pada akhirnya bulatlah tekad ini untuk gabung ke dalam organisasi tersebut.

Oh iya, secara sekilas, definisi konselor sebaya itu kan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain, dalam konteks ini yaitu dilakukan antara sesama teman sebaya.

Nah, sebagai pendengar yang baik, konselor sebaya bertugas untuk membantu individu dalam memahami, mengarahkan, dan memberikan pertolongan kepada orang lain yang sedang dirundung masalah. Ia bertugas menjadi jembatan buat ngebuka mental block yang menyumbat pikiran manusia.

Mental blocks mesti seringkali membelenggu pikiran manusia, seakan-akan ia membentuk semacam tabir yang membuat pandangan dan pikiran seseorang menjadi terbatas. Kalau upaya dia dalam mencari jalan keluar dirasa sudah mentok, maka disinilah tugas konselor buat ngebuka pikiran yang terblokir tersebut.

Tujuan dari ditulisnya artikel ini hanyalah karena saya ingin membagikan pengalaman selama satu tahun menjadi konselor sebaya. Yahh, barangkali aja dari tulisan sederhana ini bisa menginspirasi kalian yang besok mau ikut seleksi untuk menjadi calon konselor baru, ya kan!

#1 Merasa Bahagia Karena Ternyata Saya Beguna

Coba bayangin deh, gimana sih rasanya kalau ada seseorang yang curhat dan minta saran kepada kita? Pastinya ada rasa bangga dong? Nah, itu juga tuh yang saya rasakan. Sesuai dengan hadits yang cukup populer di telinga masyarakat: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Dari hal itulah saya sendiri merasakan bahwa ternyata diri ini ada gunanya juga buat orang lain.

Pertama, saya jadi bahagia karena mendapatkan kepercayaan untuk menyimpan rahasia dari orang lain. Kedua, mereka memberikan amanah yang luar biasa kepada saya untuk dapat ngebuang semua sampah yang ada dalam pikiran mereka. Ketiga, saya turut bahagia ketika melihat mereka kembali tersenyum bahagia. Duh, pokoknya banyak banget deh.

#2 Banyak Belajar Dari Pengalaman Orang Lain

Setiap orang sudah pasti punya kesalahan, dan setiap orang bakal sesegera mungkin mencari cara untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari seluruh sampah pikiran klien yang masuk, pada akhirnya saya bisa mengetahui dan belajar lebih banyak dari pengalaman-pengalaman mereka. Siapa tau kan kalau ternyata kedepannya saya mendapati masalah yang sama, setidaknya saya udah tau gimana cara penyelesaian dari masalah tersebut.

#3 Sering Dicurhatin

Gara-gara teman saya tau kalau saya adalah pendengar yang baik, banyak dari mereka yang akhirnya curhat terkait permasalahan dirinya. Pokoknya buanyak banget deh! udah kayak gado-gado, mulai dari masalah bucin percintaan, pertemanan, keluarga, personal, bahkan hingga masalah klinis pun juga ada. Kadangkala nih, saking seriusnya menyelami pikiran mereka, saya pernah sampai baper terbawa suasana lhoo, wkwkwk.

#4 Anggap Aja Magang Sejak Dini

Saya bergabung di organisasi itu sejak masih duduk di semester 2. Bayangkan saja, dengan berbekal ilmu konseling yang cukup singkat, serta ilmu dari perkuliahan yang masih bisa dibilang minim, saya dituntut untuk siap terjun ke lapangan secara langsung. Terjun ke sekolah-sekolah dan ketemu dedek siswa yang unyu-unyu sudah pernah. Membuka stand konseling saat ada event-event besar kampus sudah pernah. Bahkan hingga terjun ke dalam masyarakat umum pun juga udah pernah saya lakukan.

Awalnya saya sendiri sih cukup merasa kesulitan untuk menemukan gaya konseling yang pas, secara setiap orang pasti memiliki gaya konseling yang berbeda-beda. Mengingat dalam ilmu psikologi pun memiliki banyak aliran, jadi saya sendiri juga kudu bisa menentukan sekiranya mana treatmen yang tepat untuk diterapkan guna mengatasi permasalahan klien.

Kami pun juga diminta bergiliran untuk menjaga laboratorium konseling yang ada fakultas psikologi. Siapapun klien yang datang untuk konseling bakal langsung kami tangani. Jika permasalahan yang dihadapi klien belum bisa diselesaikan secara tuntas, maka dari kami juga lah yang akan memberi rujukan kepada psikolog ahli yang sedang bertugas.

#5 Berlatih Tanggung Jawab

Sebagai seorang konselor sebaya, saya harus siap dalam memberikan solusi dari permasalahan klien. Saya dituntut untuk selalu berpegang teguh pada kode etik yang berlaku. Sekalipun masalah yang dihadapi klien adalah hal sepele, hal yang dianggap memalukan, atau bahkan sebuah rahasia besar, semuanya harus dilayani dengan bijak.

Nah, itu aja sih yang bisa saya bagi kepada kalian, hehehe. Sebenarnya masih banyak kok yang bisa dituangkan kedalam tulisan ini, namun saya pikir lima poin diatas adalah poin yang paling penting untuk diungkapkan. Semoga tulisan sederhana ini dapat menginspirasi bagi kalian semua. Kalau ada pertanyaan bisa disampaikan melalui live chat, salam share to care.

Penulis : Hafid Asfiyanto

0 comments

Posting Komentar